FBMPP PARE (Forum Bahtsul Masa'il Pondok Pesantren Se-Eks Kawedanan Pare)

Organisai Pondok Pesantren Se-Korcam Pare
Home » » AS’ILAH BAHTSUL MASA’IL FORUM BAHTSUL MASA’IL PONDOK PESANTREN ( FBMPP ) Se-Eks Kawedanan Pare Ke-23 di PP Mamba'ul Huda Slatri Kasembon Malang

AS’ILAH BAHTSUL MASA’IL FORUM BAHTSUL MASA’IL PONDOK PESANTREN ( FBMPP ) Se-Eks Kawedanan Pare Ke-23 di PP Mamba'ul Huda Slatri Kasembon Malang

Written By fbmpppare on Sabtu, 08 Desember 2012 | 11.46


 KOMISI B


SANG IMAM YANG UMMI ( PP.Fathul ‘Ulum Kwagean )
1.    Kerangka Analisis Masalah
Kebanyakan santri-santri yang baru keluar dari pondok pesantren dan terjun di tengah-tengah masyarakat mengalami kesulitan menghadapi problematika yang terjadi di daerahnya. Sebut saja kang ahmad, salah satu santri yang baru saja keluar dari pondok pesantren. Ketika kang ahmad akan melaksanakan sholat berjamaah di mushola yang ada di kampungnya ternyata kebiasaan bacaan fatihah sang imam banyak yang keliru (ummi). Sedangkan di satu sisi kang ahmad ingin sekali berjamaah  tapi tidak terdapat mushola/jamaah lagi selain di mushola tersebut. Dan kang ahmad masih terlalu dini (sungkan) apabila menawarkan diri untuk menjadi imam mushola dan takut terjadi fitnah apabila kang ahmad tidak ikut berjamaah di mushola tersebut.
Pertanyaan :
a.      Bagaimanakah hukumnya kang ahmad menjadi makmum dari imam tersebut jika melihat kejadian seperti diskripsi di atas ?
b.      Jika tidak boleh, bagaimanakah solusinya ? adakah ulama yang memperbolehkannya ?

KITABKU SAYANG, KITABKU MALANG ( PP.Mahir Ar-Riyadl Ringinagung)
2.    Kerangka Analisis Masalah
Di pesantren banyak sekali kitab-kitab yang sudah tidak berempu alias sudah ditinggal boyong oelh orang memilikinya. Tak jarang kitab-kitab tersebut tercecer dan berserakan di mana-mana sampai-sampai di tangga dapur dan tempat-tempat lain yang dianggap tidak layak untuk digunakan sebagai tempat kitab. Hal ini menjadi pertanyaan besar yang butuh jawaban dan solusi.
Pertanyaan :
a.      Bagaimanakah hukum memanfaatkan kitab-kitab tersebut ?
b.      Jika tidak boleh, bagaimana solusinya mengingat jika dibiarkan berserakan akan menghilangkan derajat dan martabat kitab-kitab tersebut ?
c.      Dibenarkankah inisiatif memiliki kitab-kitab tersebut secara pribadi melihat keadaan kitab yang jika dibiarkan akan hancur dan tersia-sia ?
d.      Dibenarkankah inisiatif untuk memberikan kitab-kitab yang berserakan tersebut kepada perpustakaan guna untuk dimanfaatkan oleh halayak umum ?
e.      Bagaimana nasib pemilik kitab-kitab tersebut, berdosa atau tidak ?
f.       Bagaimana hukum memindah kitab-kitab tersebut dari tempat asalnya dan mengumpulkannya dalam satu tempat ?

PULSA YANG HILANG ( PP.Miftahul ‘Ulum Sumber Gayam )
3.    Kerangka Analisis Masalah
Kang Bejo adalah seorang penjual pulsa elektrik. Pada suatu hari lek Man membeli pulsa kepada kang Bejo. Setelah memberikan uang sesuai harga pulsa yang diinginkan dan nomornya kepada kang Bejo,  lek Man pun pulang. Namun setelah beberapa jam, pulsa yang telah dibelinya tadi belum masuk-masuk juga. Kemudian lek Man kembali lagi kepada kang Bejo dan menurut pengakuannya (kang Bejo) pulsa tersebut sudah dikirimkan.
Pertanyaan
a.      Bagaimanakah sebenarnya hukum jual beli pulsa ?
b.      Kalau sah, bagaimanakah hukum penjualan seperti di dalam diskripsi ? dan termasuk akad apa ?
c.      Kalau semuanya tidak sah, apakah ada solusi untuk menghadapi kasus tersebut dikarenakan sudah menjamur di masyarakat ?

TRAGEDI QUNUT NAZILAH ( PP.Fathul ‘Ulum Kwagean )
4.    Kerangka Analisis Masalah
Di suatu desa terdapat jamaah yang kebiasaanya setiap kali melakukan sholat maktubah di rokaat akhir selalu dibakan qunut nazilah. Padahal melihat keadaan di desa tersebut dan juga sekitarnya tidak terjadi bala’ atau musibah yang menimpa masyarakatnya.
Pertanyaan :
a.      Bolehkah jamaah tersebut melakukan qunut nazilah yang mana dilakukanya bukan karena ada musibah yang turun melainkan dilakukan karena sudah menjadi kebiasaan ?
b.      Apakah dengan alasan semakin banyaknya manusia khususnya umat islam yang berbuat kemaksiatan bisa dikategorikan musibah yang menyebabkan disunahkannya qunut nazilah ? 
                       
HAMBA SAHAYA YANG DINIKAHKAN ( PP.Mahir Ar-Riyadl Ringinagung )
5.    Kerangka Analisis Masalah
Bila seorang amat menjadi istri seorang hamba sahaya (baik sahaya murni ataupun tidak) kemudian amat tersebut dimerdekakan, maka amat tersebut mempunyai hak khiyar untuk mem-faskh nikahnya secara fauriy (menurut al adhhar). Bila amat tersebut mem-faskh tanpa fauriy dengan alasan tidak tahu kalau dia telah dimerdekakan maka dia disumpah dan sumpahnya diterima bila memang keadaan memungkinkan untuk membenarkannya. Begitupun bila dia mengaku tidak tahu akan datangnya hak faskh bila dia dimerdekakan.
Bila amat tersebut mem-faskh sebelum adanya wati maka tidak ada mahar yang wajib dibayar zauj. Bila amat tersebut mem-faskh setelah wati dengan wujudnya kemerdekaan (i’tq) setelah wati maka zauj wajib membayar mahar musamma, Bila amat tersebut mem-faskh setelah wati dengan wujudnya  kemerdekaan (i’tq) sebelum wati maka zauj wajib membayar mahar mitsl ( menurut qiil tetap mahar musamma). Ini sesuai keterangan sbb:
وَمَنْ عَتَقَتْ تَحْتَ رَقِيقٍ أَوْ مَنْ فِيهِ رِقٌّ تَخَيَّرَتْ فِي فَسْخِ النِّكَاحِ، وَالْأَظْهَرُ أَنَّهُ عَلَى الْفَوْرِ، فَإِنْ قَالَتْ جَهِلْت الْعِتْقَ صُدِّقَتْ بِيَمِينِهَا إنْ أَمْكَنَ بِأَنْ كَانَ الْمُعْتِقُ غَائِبًا، وَكَذَا إنْ قَالَتْ جَهِلْت الْخِيَارَ بِهِ فِي الْأَظْهَرِ، فَإِنْ فَسَخَتْ قَبْلَ وَطْءٍ فَلَا مَهْرَ، وَبَعْدَهُ بِعِتْقٍ بَعْدَهُ وَجَبَ الْمُسَمَّى، أَوْ قَبْلَهُ فَمَهْرُ مِثْلٍ، وَقِيلَ الْمُسَمَّى، (المنهاج للنووي - ج 1 / ص 320)
Semua mahar tersebut (baik mahar mtsl ataupun musamma) adalah hak  sayyid kecuali kalau amat tersebut adalah mufawwadlah (dinikahkan dengan tafwiid) dan telah terjadi wati atau penetapan mahar (fardl) setelah amat dimerdekakan (sebelum faskh), maka mahar adalah hak si amat.  Ini sesuai keterangan sbb:
وَمَا وَجَبَ مِنْهُمَا لِلسَّيِّدِ وَيُجَابُ عَمَّا اعْتَرَضَهُ بِهِ ابْنُ الرِّفْعَةِ بِأَنَّ اسْتِنَادَ الْفَسْخِ لِوَقْتِ الْعِتْقِ وَإِنْ أَوْجَبَ وُقُوعَ الْوَطْءِ وَهِيَ حُرَّةٌ لَا يُنَافِي ذَلِكَ لِأَنَّ الْعَقْدَ هُوَ الْمُوجِبُ الْأَصْلِيُّ وَقَدْ وَقَعَ فِي مِلْكِهِ . ( تحفة المحتاج في شرح المنهاج  ج 7 / ص 360)
قوله ( وما وجب منهما ) أي مهر المثل والمسمى اه  ع ش قوله ( للسيد ) قال في الروض إلا إذا كانت مفوضة ووطئها أي الزوج أو فرض لها بعد العتق أي فالمهر لها انتهى اه  سم عبارة المغني تنبيه مهرها لسيدها سواء أكان المسمى أم مهر المثل فسخت أم اختارت المقام معه وجرى في العقد تسمية صحيحة أو فاسدة لأن وجب بالعقد فإن كانت مفوضة بأن زوجها سيدها كذلك نظرت فإن وطئها الزوج أو فرض لها بعد العتق فيهما فالمهر لها لأن مهر المفوضة يجب الدخول أو بالفرض لا بالعقد وإن وطئها أو فرض لها قبل العتق فهو للسيد لأن ملكه بالوطء أو الفرض قبل عتقها وموت أحدهما كالوطء والفرض اه (حواشي الشرواني - ج 7 / ص 360-361)
Catatan:
Tafwiid dalam penikahan amat ada dua, yaitu: penikahan amat dengan shighat: saya nikahkan sahaya perempuan saya padamu tanpa mahar, atau dengan shighat: saya nikahkan sahaya perempuan saya padamu, lantas sang sayyid diam tidak menyebut mahar.
وأما تفويض الأمة فله صورتان : أن يقول سيدها زوّجتكها بلا مهر أو يسكت وإن لم يسبق قول من الأمة ، لأن الحق للسيد  (تحفة الحبيب على شرح الخطيب -ج 4 / ص 196)
Dari keterangan diatas dapat kita pahami bahwa penikahan amat dengan shighat tafwiid akan mendatangkan wajibnya pembayaran mahar dengan wujudnya wati atau sesamanya. Sekilas hal ini bertentangan dengan ibarat hasyiyyat al bajuri ‘ala fathi al qarib dan juga al tausyiih ‘ala fathi al qarib dalam bab tafwiid yang menyatakan tidak adanya kewajiban mahar dalam praktek tafwiid amat walaupun terjadi dukhul. Berikut ibarat kitab al tausyiih:
 (وكذا) يصدر التفويض من السيد كما (لو قال سيد الامة لشخص زوجتك امتي ونفى المهر او سكت) وان لم يسبق قول من الامة لان الحق للسيد ولا شيء له بعد ذلك على الزوج ولو دخل بها لانه قد اسقط المهر. (التوشيح ص : 204)
Pertanyaan :
a.         Bagaimanakah maksud ibarat dalam kitab al Tausyiih: ولا شيء له بعد ذلك على الزوج ?
b.        Bila terjadi praktek tafwiidl dalam penikahan seorang amat pada zauj yang merdeka, apakah setelah terjadi wati dan sesamanya ada mahar yang wajib dibayarkan? (baik untuk amat ataupun sayidnya).
c.         Bila terjadi praktek tafwiidl dalam penikahan seorang amat pada zauj yang statusnya hamba sahaya dari selain sayyidnya si amat, apakah setelah terjadi wati dan sesamanya ada mahar yang wajib dibayarkan? (baik untuk amat ataupun sayidnya).
d.         Bila terjadi praktek tafwiidl dalam penikahan seorang amat pada zauj yang statusnya hamba sahaya dari sayyid si amat sendiri, apakah setelah terjadi wati dan sesamanya ada mahar yang wajib dibayarkan? (baik untuk amat ataupun sayidnya).

BISNIS MASA KINI ( PP.Darussalam Sumbersari )
6.    Kerangka Analisis Masalah
Seiring perkembangan zaman, dunia bisnis semakin menjadi-jadi. Mulai bisnis manusia sampai bisnis mainan, mulai barang yang muntafa’ syar’an ataupun selainnya.
Pertanyaan :
a.      Apa ketentuan sebuah manfaat itu dikatakan manfaat maqshudah menurut Al-Madzahib Al-Arbaah ?
b.      Dalam Al-Madzahib Al-Arba’ah, apa yang menjadi acuan penentuan sebuah manfaat ?   



Rute :
·           Dari Jombang       : dari Terminal Kediri / Terminal Jombang cari bus Puspa Indah jurusan Malang turun PP.Manba’ul Huda Slatri Kasembon Malang
·           Dari Malang         : dari Terminal Landungsari cari bus Puspa Indah jurusan Jombang / Kediri turun PP.Manba’ul Huda Slatri Kasembon Malang

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. FBMPP PARE - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger