KOMISI B
SANG
IMAM YANG UMMI ( PP.Fathul ‘Ulum Kwagean )
1.
Kerangka Analisis Masalah
Kebanyakan santri-santri yang baru keluar dari
pondok pesantren dan terjun di tengah-tengah masyarakat mengalami kesulitan
menghadapi problematika yang terjadi di daerahnya. Sebut saja kang ahmad, salah
satu santri yang baru saja keluar dari pondok pesantren. Ketika kang ahmad akan
melaksanakan sholat berjamaah di mushola yang ada di kampungnya ternyata
kebiasaan bacaan fatihah sang imam banyak yang keliru (ummi). Sedangkan di satu
sisi kang ahmad ingin sekali berjamaah
tapi tidak terdapat mushola/jamaah lagi selain di mushola tersebut. Dan
kang ahmad masih terlalu dini (sungkan) apabila menawarkan diri untuk menjadi
imam mushola dan takut terjadi fitnah apabila kang ahmad tidak ikut berjamaah
di mushola tersebut.
Pertanyaan :
a.
Bagaimanakah
hukumnya kang ahmad menjadi makmum dari imam tersebut jika melihat kejadian
seperti diskripsi di atas ?
b.
Jika tidak boleh,
bagaimanakah solusinya ? adakah ulama yang memperbolehkannya ?
KITABKU
SAYANG, KITABKU MALANG ( PP.Mahir Ar-Riyadl
Ringinagung)
2.
Kerangka Analisis
Masalah
Di pesantren banyak sekali kitab-kitab yang
sudah tidak berempu alias sudah ditinggal boyong oelh orang memilikinya. Tak
jarang kitab-kitab tersebut tercecer dan berserakan di mana-mana sampai-sampai
di tangga dapur dan tempat-tempat lain yang dianggap tidak layak untuk
digunakan sebagai tempat kitab. Hal ini menjadi pertanyaan besar yang butuh
jawaban dan solusi.
Pertanyaan :
a.
Bagaimanakah hukum
memanfaatkan kitab-kitab tersebut ?
b.
Jika tidak boleh,
bagaimana solusinya mengingat jika dibiarkan berserakan akan menghilangkan
derajat dan martabat kitab-kitab tersebut ?
c.
Dibenarkankah
inisiatif memiliki kitab-kitab tersebut secara pribadi melihat keadaan kitab
yang jika dibiarkan akan hancur dan tersia-sia ?
d.
Dibenarkankah
inisiatif untuk memberikan kitab-kitab yang berserakan tersebut kepada
perpustakaan guna untuk dimanfaatkan oleh halayak umum ?
e.
Bagaimana nasib
pemilik kitab-kitab tersebut, berdosa atau tidak ?
f.
Bagaimana hukum
memindah kitab-kitab tersebut dari tempat asalnya dan mengumpulkannya dalam
satu tempat ?
PULSA
YANG HILANG ( PP.Miftahul ‘Ulum Sumber Gayam )
3.
Kerangka Analisis Masalah
Kang Bejo adalah seorang penjual pulsa elektrik. Pada suatu hari
lek Man membeli pulsa kepada kang Bejo. Setelah memberikan uang sesuai harga
pulsa yang diinginkan dan nomornya kepada kang Bejo, lek Man pun pulang. Namun setelah beberapa
jam, pulsa yang telah dibelinya tadi belum masuk-masuk juga. Kemudian lek Man
kembali lagi kepada kang Bejo dan menurut pengakuannya (kang Bejo) pulsa
tersebut sudah dikirimkan.
Pertanyaan
a. Bagaimanakah sebenarnya hukum jual beli pulsa ?
b.
Kalau sah, bagaimanakah hukum penjualan
seperti di dalam diskripsi ? dan termasuk akad apa ?
c.
Kalau semuanya tidak sah, apakah ada
solusi untuk menghadapi kasus tersebut dikarenakan sudah menjamur di masyarakat
?
TRAGEDI QUNUT
NAZILAH ( PP.Fathul ‘Ulum Kwagean
)
4.
Kerangka Analisis Masalah
Di suatu desa terdapat jamaah yang kebiasaanya
setiap kali melakukan sholat maktubah di rokaat akhir selalu dibakan qunut
nazilah. Padahal melihat keadaan di desa tersebut dan juga sekitarnya tidak
terjadi bala’ atau musibah yang menimpa masyarakatnya.
Pertanyaan :
a.
Bolehkah jamaah
tersebut melakukan qunut nazilah yang mana dilakukanya bukan karena ada musibah
yang turun melainkan dilakukan karena sudah menjadi kebiasaan ?
b.
Apakah dengan alasan
semakin banyaknya manusia khususnya umat islam yang berbuat kemaksiatan bisa
dikategorikan musibah yang menyebabkan disunahkannya qunut nazilah ?
HAMBA
SAHAYA YANG DINIKAHKAN ( PP.Mahir Ar-Riyadl Ringinagung )
5.
Kerangka Analisis Masalah
Bila seorang amat menjadi istri seorang hamba
sahaya (baik sahaya murni ataupun tidak) kemudian amat tersebut dimerdekakan,
maka amat tersebut mempunyai hak khiyar untuk mem-faskh nikahnya secara fauriy
(menurut al adhhar). Bila amat tersebut mem-faskh tanpa fauriy
dengan alasan tidak tahu kalau dia telah dimerdekakan maka dia disumpah dan
sumpahnya diterima bila memang keadaan memungkinkan untuk membenarkannya.
Begitupun bila dia mengaku tidak tahu akan datangnya hak faskh bila dia
dimerdekakan.
Bila amat tersebut mem-faskh sebelum
adanya wati maka tidak ada mahar yang wajib dibayar zauj. Bila amat tersebut
mem-faskh setelah wati dengan wujudnya kemerdekaan (i’tq) setelah wati
maka zauj wajib membayar mahar musamma, Bila amat tersebut mem-faskh setelah
wati dengan wujudnya kemerdekaan (i’tq)
sebelum wati maka zauj wajib membayar mahar mitsl ( menurut qiil tetap mahar
musamma). Ini sesuai keterangan sbb:
وَمَنْ عَتَقَتْ
تَحْتَ رَقِيقٍ أَوْ مَنْ فِيهِ رِقٌّ تَخَيَّرَتْ فِي فَسْخِ النِّكَاحِ،
وَالْأَظْهَرُ أَنَّهُ عَلَى الْفَوْرِ، فَإِنْ قَالَتْ جَهِلْت الْعِتْقَ
صُدِّقَتْ بِيَمِينِهَا إنْ أَمْكَنَ بِأَنْ كَانَ الْمُعْتِقُ غَائِبًا، وَكَذَا
إنْ قَالَتْ جَهِلْت الْخِيَارَ بِهِ فِي الْأَظْهَرِ، فَإِنْ فَسَخَتْ قَبْلَ
وَطْءٍ فَلَا مَهْرَ، وَبَعْدَهُ بِعِتْقٍ بَعْدَهُ وَجَبَ الْمُسَمَّى، أَوْ
قَبْلَهُ فَمَهْرُ مِثْلٍ، وَقِيلَ الْمُسَمَّى، (المنهاج للنووي - ج 1 / ص
320)
Semua mahar tersebut (baik mahar mtsl
ataupun musamma) adalah hak sayyid kecuali
kalau amat tersebut adalah mufawwadlah (dinikahkan dengan tafwiid) dan telah
terjadi wati atau penetapan mahar (fardl) setelah amat dimerdekakan (sebelum
faskh), maka mahar adalah hak si amat. Ini sesuai keterangan sbb:
وَمَا وَجَبَ
مِنْهُمَا لِلسَّيِّدِ
وَيُجَابُ عَمَّا اعْتَرَضَهُ بِهِ ابْنُ الرِّفْعَةِ بِأَنَّ اسْتِنَادَ
الْفَسْخِ لِوَقْتِ الْعِتْقِ وَإِنْ أَوْجَبَ وُقُوعَ الْوَطْءِ وَهِيَ حُرَّةٌ
لَا يُنَافِي ذَلِكَ لِأَنَّ الْعَقْدَ هُوَ الْمُوجِبُ الْأَصْلِيُّ وَقَدْ
وَقَعَ فِي مِلْكِهِ . ( تحفة المحتاج في شرح المنهاج ج 7 / ص 360)
قوله ( وما وجب
منهما ) أي مهر المثل والمسمى اه ع ش
قوله ( للسيد ) قال في الروض إلا إذا كانت مفوضة ووطئها أي الزوج أو فرض لها
بعد العتق أي فالمهر لها انتهى اه سم
عبارة المغني تنبيه مهرها لسيدها سواء أكان المسمى أم مهر المثل فسخت أم اختارت المقام معه وجرى في العقد
تسمية صحيحة أو فاسدة لأن وجب بالعقد فإن كانت مفوضة بأن زوجها سيدها كذلك
نظرت فإن وطئها الزوج أو فرض لها بعد العتق فيهما فالمهر لها لأن مهر المفوضة
يجب الدخول أو بالفرض لا بالعقد وإن وطئها أو فرض لها قبل العتق فهو للسيد
لأن ملكه بالوطء أو الفرض قبل عتقها وموت أحدهما كالوطء والفرض اه
(حواشي الشرواني - ج 7 / ص 360-361)
Catatan:
Tafwiid dalam penikahan amat ada dua,
yaitu: penikahan amat dengan shighat: saya nikahkan sahaya perempuan saya
padamu tanpa mahar, atau dengan shighat: saya nikahkan sahaya perempuan saya
padamu, lantas sang sayyid diam tidak menyebut mahar.
وأما تفويض الأمة
فله صورتان : أن
يقول سيدها زوّجتكها بلا مهر أو يسكت وإن لم يسبق قول من الأمة ، لأن
الحق للسيد (تحفة الحبيب على شرح
الخطيب -ج 4 / ص 196)
Dari keterangan
diatas dapat kita pahami bahwa penikahan amat dengan shighat tafwiid akan
mendatangkan wajibnya pembayaran mahar dengan wujudnya wati atau sesamanya.
Sekilas hal ini bertentangan dengan ibarat hasyiyyat al bajuri ‘ala fathi al
qarib dan juga al tausyiih ‘ala fathi al qarib dalam bab tafwiid yang
menyatakan tidak adanya kewajiban mahar dalam praktek tafwiid amat walaupun
terjadi dukhul. Berikut ibarat kitab al tausyiih:
(وكذا) يصدر التفويض من السيد كما (لو قال سيد
الامة لشخص زوجتك امتي ونفى المهر او سكت) وان لم يسبق قول من الامة لان الحق
للسيد ولا شيء له بعد ذلك على الزوج ولو دخل بها لانه قد اسقط المهر.
(التوشيح ص : 204)
Pertanyaan :
a.
Bagaimanakah maksud ibarat dalam kitab al
Tausyiih: ولا شيء له بعد ذلك على الزوج ?
b.
Bila terjadi praktek tafwiidl dalam
penikahan seorang amat pada zauj yang merdeka, apakah setelah terjadi wati dan
sesamanya ada mahar yang wajib dibayarkan? (baik untuk amat ataupun sayidnya).
c.
Bila terjadi praktek tafwiidl dalam
penikahan seorang amat pada zauj yang statusnya hamba sahaya dari selain
sayyidnya si amat, apakah setelah terjadi wati dan sesamanya ada mahar yang
wajib dibayarkan? (baik untuk amat ataupun sayidnya).
d.
Bila terjadi praktek tafwiidl dalam penikahan
seorang amat pada zauj yang statusnya hamba sahaya dari sayyid si amat sendiri,
apakah setelah terjadi wati dan sesamanya ada mahar yang wajib dibayarkan?
(baik untuk amat ataupun sayidnya).
BISNIS
MASA KINI ( PP.Darussalam Sumbersari )
6.
Kerangka Analisis
Masalah
Seiring perkembangan zaman, dunia bisnis semakin menjadi-jadi.
Mulai bisnis manusia sampai bisnis mainan, mulai barang yang muntafa’
syar’an ataupun selainnya.
Pertanyaan :
a.
Apa ketentuan sebuah manfaat itu
dikatakan manfaat maqshudah menurut Al-Madzahib Al-Arbaah ?
b.
Dalam Al-Madzahib Al-Arba’ah, apa yang
menjadi acuan penentuan sebuah manfaat ?
Rute :
·
Dari
Jombang : dari Terminal Kediri /
Terminal Jombang cari bus Puspa Indah jurusan Malang turun PP.Manba’ul Huda
Slatri Kasembon Malang
·
Dari
Malang : dari Terminal Landungsari
cari bus Puspa Indah jurusan Jombang / Kediri turun PP.Manba’ul Huda Slatri
Kasembon Malang
Posting Komentar